Petani sibuk mencabut dederan. Aktivitas ini terlihat pada 8 Juni 2012 lalu. |
Lahan persawahan milik anggota koperasi ngudi mandiri yang akan ditanami tembakau jenis Paiton. |
KANOR – Musim kemarau
telah tiba. Ini bertanda petani di Kecamatan Kanor sudah mulai sibuk di sawah
mereka. Sibuk apa? Bagi petani yang sawahnya berdekatan dengan Sungai Bengawan
Solo mereka sudah mulai menanam padi sedangkan sawah yang jauh dari aliran
sungai Bengawan Solo sibuk menanam tembakau.
Tidak
mudah memang menanam tembakau. Petani tembakau harus sabar, teliti, telaten dan
paling penting ialah rela bekerja keras supaya hasil panen tembakau baik dan
bagus. Petani di Kecamatan Kanor lebih banyak menanam tembakau jenis paiton. Alasannya,
lebih ringat merawatnya dan gampang dijual kepada para tengkulak yang sudah
memiliki jaringan ke gudang pabrik rokok.
Menjadi
petani tembakau tidaklah gampang. Petani tembakau tidak hanya tergantung iklim/cuaca
dan teknik perawatan tapi juga tergantung pada perusahaan rokok yang akan
membeli hasil panen petani. “Jika sering hujan, maka harga tembakau dipastikan
akan rendah. Jauh dari bayangan dan keinginan petani,” kata Abdul Khamim,
petani tembakau asal Prigi, Kanor, Bojonegoro, Jawa Timur.
Tidak
hanya cuaca yang mempengaruhi nilai jual tembakau, stok tembakau di gudang perusahaan
rokok sering kali menjadi penentu utama faktor nilai jual beli tembakau. Bahkan,
tidak menutupkemungkinan antar tengkulak dengan perusahaan rokok bersengkokol memainkan
harga tembakau petani.
“Bagi
petani yang paling penting tembakau laku, berapa pun harganya yang penting
laku. Tapi kalau harganya rendah ya lebih baik dibiarkan di sawah,” jelas
Alimun, petani tembakau yang memiliki lahan 0,5 hektare ini.
Lahan persawahan milik anggota koperasi ngudi mandiri yang akan ditanami tembakau jenis Paiton. |
“Mudah-mudahan
usaha kita lancar. Mari wujudkan swasembada beras, pangan dan komoditas
pertanian lainnya,” kata Ketua KSU ngudi mandiri Ahmad Riyadi. (admin ngudi mandiri)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar